tak menanti
Kau sadar bahwa kita terpisah 7000 mil, bukan? Mengapa kau perlu menjelma angin malam dan berhembus melalui sela rambutku? Mengapa menjelma udara dan merasuki segenap paru-paruku? Mengapa menjadi bulan yang tak kuat kuabaikan gravitasinya, memaksaku untuk melihat dan mengingat? Kita terpisah jarak yang tak mampu dimaknai mata, tetapi kau penghuni setia otakku--seorang anak kos yang tak kian bayar sewa.
Perasaanku padamu adalah bibit ganja yang kutanam di belakang rumah: tak sepatutnya kukembangbiakkan. Apa boleh buat, aku candu. Sakau tanpa eksistensimu, aku butuh rehab.
Maka malam ini takkan kusebut mantra yang menghadirkanmu.
Kecuali ... Kau yang menyebut mantra itu?
Ingin kuberkata aku tak berteman dengan penantian, sungguh. Namun nyatanya, sepertinya, mungkin saja, ada secercah kemungkinan--mungkin lebih dari secercah, ya apa boleh buat:
aku
menanti
hadirmu.
Comments
Post a Comment