lagi ...
Kakiku membawaku ke tempat ini lagi--entah sihir apa yang telah kau pakai untuk memabukkanku. Beberapa waktu tanpamu memberikanku ruang untuk mencari otonomi, mengais kedamaian, dan menumbuhkan penerimaan: bahwa duniaku berputar tanpa dirimu, waktu bergulir tanpa senyumanmu, hidup mengalir tanpa teduh matamu.
Namun sekelilingku serupa bergerak lebih lambat ketika bulat matamu menipis dengan senyum di balik masker itu. Tak kusangka hari ini aku akan disambut kelakarmu. Kuingat kembali es yang menyelimuti sosokmu kali pertama kita bertemu, lalu kutatapi kehangatanmu yang menginfeksi ragaku akhir-akhir ini. Hubungan yang kita miliki, entah apapun itu, walau bukan seperti apa yang kuharapkan, bermetamorfosis. Ada kemajuan di antara keakraban kita. Hanya saja kemajuan itu bersemayam di area marginal. Kita berdua paham ini--apapun ini--tak akan pernah jadi; dan aku menghabiskan banyak detik untuk menginternalisasi itu, memafhumi itu, memaknai itu.
Jadi ... aku sepenuhnya paham. Kita diciptakan untuk berinterseksi, lalu membujur ke arah masing-masing. Untuk bertemu dan bukan untuk menetap. Untuk mengenal dan bukan untuk tinggal. Maka, cukup itu saja. Cukup hatiku terbalut hangat tawamu, cukup senyum terukir di wajahku oleh candaanmu, cukup kita berdua dilingkupi ketenangan tiada tara dengan obrolan serius kita, cukup diriku menikmati duniaku melambat ketika memerhatikan punggungmu yang mengecil dari kaca jendela, cukup jantungku lesu oleh merdu suaramu dari kejauhan, cukup kuhayati eksistensimu, eksistensiku, eksistensi ruang dan waktu yang memperbolehkan kita ada. Cukup itu saja--dan aku belajar untuk bahagia.
Comments
Post a Comment